Thursday, April 11, 2013

Sushi Alley

Suhi Alley

Jangan buru-buru ngebayangin gang sempit, kumuh, dan crowded yaaa.... Gang di sini beradab kok, yaitu space memanjang ke belakang di area FO Galeri Lelaki dan distro Ian's Report, Jalan LL RE Martadinata (Riau), Bandung. Persis di sudut perempatan Jalan Riau dan Jalan Banda.
Tempat ini baru muncul beberapa bulan lalu. Sejenis sushi ini, Sushi Alley juga menghadirkan sushi dengan harga terjangkau. Bedanya, tempatnya jauh lebih bagus dengan tatanan bernuansa Jepang. Bandung emang bener-bener hebat, tempat sesempit itu bisa disulap jadi ladang bisnis.

Atas ajakan tetangga sebelah (jangan bosen ya, tetanggaku emang cuma itu-itu ajah), kami gowes ke sana dari kosan. Rutenya rada muter, lewat depan Gedung Sate, biar dengkulnya bekerja dulu, hehehe. Sampe di Sushi Alley kami langsung disambut mas-mas yang kuduga manajernya (dan ternyata bener). Dia langsung mengarahkan kami di mana harus parkir sepeda. Nggak hanya itu, dia juga nanya-nanya kami dari mana. Hmm...sepeda kami memang selalu menarik perhatian dan membuka obrolan.

Masuk ke dalem, areanya terbagi menjadi dua. Pertama, kursi-kursi dan meja tinggi kek minibar. Kedua, semacam lesehan tapi bukan lesehan. Jadi kita gak duduk bersila, tapi duduk biasa di bantal bulet, cuma kakinya masuk ke bawah, menapak di batu-batu. Sambil makan, bisa sekalian pijat refleksi. Kami memilih model kedua karena unik dan kayaknya lebih leluasa. Awalnya sempet gak dibolehin karena cuma berdua, tapi akhirnya boleh juga. Lagian, belakangan dua temen kami nyusul.

Abis itu, kita mesen makanan. Seperti biasa, aku bermain aman dengan pesen sushi mateng. Sori lupa namanya, males nyatet sih, tapi kalo ga salah sushi tuna. Tetangga mesen paketan yang ada salmon mentahnya. Minumnya, aku pesen ocha alias teh jepang.

Sushi datang dengan tampilan yang cantik. Sushi pesenanku ditaruh di "talenan" kayu persegi panjang berukir huruf jepang, ditemani semacam "sayur lodeh" rumput laut. Pesenan yang laen tersaji dalam piring normal, dengan teman yang sama, plus olahan sawi mirip kimchi Korea. Oiya, kalo makan di sini, jangan lupa minta wasabi ke pramusajinya ya soalnya gak disiapin di meja.



Sushi-nya cukup memuaskan, tapi aku belum bisa mengatakannya enak sekali mengingat makanan ini masih termasuk pendatang baru di lidahku. Masih dalam tahap belajar nih mengenal sushi :p Yang agak mengecewakan ocha-nya. Penyajiannya rada njomplang dengan si sushi. Sushi-nya udah cantik-cantik, eh ocha-nya cuma disajiin di gelas melamin biasa yang dalemnya udah kecoklatan bekas teh. Rasanya juga biasa aja. Gak tau beneran teh jepang ato teh lokal.

Kisaran harga di sini Rp 7.000-Rp 45.000. Yang murah-murah biasanya sushi yang dalemnya timun sama apokat. Kalo mo nyobain sekaligus beberapa macem, lebih ekonomis pesen yang paketan. Dinikmati sore-sore, hmm... yummy.... Apalagi kalo kek aku, gak pake bayar alias ditraktir. Makin sedap deh :D :D
Tapi niii... sebenernya ada yang mengganjal di hati soal sushi. Baru-baru ini aku browsing tentang sushi, termasuk bahan-bahannya, yang ternyata pake mirin (alkohol) atau setidak-tidaknya cuka beras, meski untuk Muslim kedua bahan itu bisa diganti cuka biasa, misalnya. Waduuh, mana udah sempet dua kali makan sushi lagi. Kalo dah gini sih aku hanya bisa istighfar kalo seandainya sushi yang kemaren-kemaren aku makan mengandung bahan yang gak boleh aku konsumsi. Lain kali mesti lebih hati-hati dan tanya dulu sebelum beli.



Peta: SPBU Martanegara Asri - Sushi Alley

Sumber: http://lagilagimakan.blogspot.com

No comments:

Post a Comment