Saboga di Tangan Generasi Kedua
Sudah 22 tahun Saboga menancapkan bisnisnya. Jangan heran, nama Saboga tak asing lagi sebagai produsen bakso tahu asal Bandung. Sejumlah gerainya pun menjadi tempat favorit penikmat makanan. Malah, saat ini Saboga di bawah bendera PT Saboga Food Indonesia mengembangkan bisnisnya hingga pasar regional.
Memang, semenjak generasi kedua ikut berkecimpung, bisnis yang didirikan oleh pasangan suami-istri Benny Sunjaya dan Adeline Ita Purwita ini semakin melaju kencang. Pasangan ini dikarunia empat anak. Tiga di antaranya ikut terjun membesarkan Saboga, yaitu Melvina, Marcelle dan Michael. Satu anaknya lagi masih kecil. Ketiga anak yang terjun menyelami bisnis ini memiliki peran masing-masing. Melvina bertanggung jawab atas penjualan dan pemasaran, Marcelle menangani produksi, dan Michael mengurusi waralaba (franchise). Benny dan Adeline pun masih aktif mengembangkan Saboga.
“Kami saling melengkapi serta punya visi dan misi yang sama. Kami ingin Saboga terus bertahan dan berkembang,” ujar Michael Ryan Sunjaya, nama panjang Michael. Malah, Saboga juga ingin menjadi raja di industri makanan, khususnya bakso tahu di Indonesia, bahkan hingga pasar regional. “Kami sedang kerja keras mewujudkannya. Salah satunya, ekspansi dengan mewaralabakan bisnis restoran bakso tahu,” Michael, Vice President Saboga, mengungkapkan. Saboga pun terus menata sistem manajemen operasional serta meningkatkan kualitas produk dan kompetensi sumber daya manusianya.
Sekarang, gerai Saboga sudah tersebar di berbagai tempat. Tujuh gerai yang dikembangkan sendiri oleh manajemen Saboga berada di Bandung dan Jakarta. Di Bandung berada di Bandung Super Mal, Bandung Trade Centre, Istana Plaza, Bandung Indah Plaza, Burangrang Saboga Resto. Sementara di Jakarta ada di Senayan City dan Grand Indonesia.
Sejak bisnisnya diwaralabakan, pada 21 Juni 2008, dalam waktu singkat Saboga mampu menggandeng banyak franchisee (pembeli waralaba). Kini, gerai waralaba yang siap dibuka adalah di The Jungle Bogor Nirwana Resident (Grup Bakrie), Setiabudi Kuningan Jakarta, dan Mall of Indonesia di Kelapa Gading, Jakarta. “Tahun ini, kami targetkan membuka 10 gerai franchise di berbagai kota besar, dan itu akan tercapai,” ujar Michael yakin. Setelah itu, Saboga akan mengembangkannya di Asia Tenggara dengan gerai pertamanya di Malaysia. “Pembukaan outlet di Malaysia sedang dalam proses,” Michael menjelaskan. Untuk merumuskan konsep waralabanya, Saboga dibantu oleh Birdge Franchise Consultant.
Nurman Sumantri, Manajer Franchise Saboga, menambahkan, model waralaba Saboga adalah full business format. Maksudnya, franchisee tinggal mengaplikasikan seluruh sistem operasional prosedur dari pihak franchisor (pemberi waralaba). Namun, Saboga sebagai franchisor tetap membantu proses pengawasan dan pelatihan kepada manajemen dan karyawan dari pihak franchisee. Untuk itu, Saboga memiliki ruang simulasi bagaimana mengelola gerainya. “Karyawan franchisee dilatih di sana, plus tim manajemennya juga diberi pelatihan bagaimana meningkatkan omset dan melihat bagaimana produk bakso tahu dibuat secara langsung,” kata Nurman menjelaskan.
Lalu, pada saat gerai dibuka, franchisee juga akan mendapatkan pendampingan selama tiga minggu. Jumlah karyawan yang dibutuhkan 10-12 orang. Manajemen Saboga akan mencarikan karyawan yang dibantu oleh konsultan. Malah, seandainya bisnis franchisee ini gagal, manajemen Saboga akan membantu mereka merelokasi tempat dan men-set up bisnis dari awal.
Tempat yang dipilih untuk gerai baru adalah food court di mal dengan luas minimal 25 m2 dan restoran dengan luas minimal 90 m2. Franchise fee yang ditarik sebesar Rp 150 juta dan akan naik menjadi Rp 200 juta kalau sudah mencapai 10 franchisee. Lalu, investasi Rp 316,5 juta untuk membeli peralatan, termasuk fasilitas jaringan online untuk sistem operasional, serta renovasi tempat untuk strandardisasi dengan warna merah sebagai warna korporat. Ini belum termasuk sewa tempat.
Royalty fee yang akan ditarik dari para franchisee adalah 7% dari omset per bulan. Sistem operasional atau sistem kontrol waralaba ini dibuat transparan yang bisa diakses secara online real-time dengan menggunakan jalur VPN Indosat.
Sayangnya, Michael enggan menyebut omset penjualannya. “Yang pasti growth-nya 20%-30% per tahun,” katanya. Diperkirakan omset Saboga per bulan untuk gerai yang di Bandung sebesar Rp 150 juta dan yang di Jakarta sekitar Rp 350 juta. Ia sendiri mencoba mengalkulasi, setiap gerai franchisee ditargetkan mencetak omset minimal Rp 90 juta/bulan, sehingga akan balik modal dalam 24 bulan. Malah, kalau di Jakarta bisa balik modal dalam 12 bulan.
Yang pasti, semenjak generasi kedua ikut mengelola, Saboga makin merajalela. Maka, tak salah kalau Saboga selalu mencantumkan namanya dalam setiap kemasan produk dan papan restonya: “Raja Baso Tahu Saboga”.
Memang, semenjak generasi kedua ikut berkecimpung, bisnis yang didirikan oleh pasangan suami-istri Benny Sunjaya dan Adeline Ita Purwita ini semakin melaju kencang. Pasangan ini dikarunia empat anak. Tiga di antaranya ikut terjun membesarkan Saboga, yaitu Melvina, Marcelle dan Michael. Satu anaknya lagi masih kecil. Ketiga anak yang terjun menyelami bisnis ini memiliki peran masing-masing. Melvina bertanggung jawab atas penjualan dan pemasaran, Marcelle menangani produksi, dan Michael mengurusi waralaba (franchise). Benny dan Adeline pun masih aktif mengembangkan Saboga.
“Kami saling melengkapi serta punya visi dan misi yang sama. Kami ingin Saboga terus bertahan dan berkembang,” ujar Michael Ryan Sunjaya, nama panjang Michael. Malah, Saboga juga ingin menjadi raja di industri makanan, khususnya bakso tahu di Indonesia, bahkan hingga pasar regional. “Kami sedang kerja keras mewujudkannya. Salah satunya, ekspansi dengan mewaralabakan bisnis restoran bakso tahu,” Michael, Vice President Saboga, mengungkapkan. Saboga pun terus menata sistem manajemen operasional serta meningkatkan kualitas produk dan kompetensi sumber daya manusianya.
Sekarang, gerai Saboga sudah tersebar di berbagai tempat. Tujuh gerai yang dikembangkan sendiri oleh manajemen Saboga berada di Bandung dan Jakarta. Di Bandung berada di Bandung Super Mal, Bandung Trade Centre, Istana Plaza, Bandung Indah Plaza, Burangrang Saboga Resto. Sementara di Jakarta ada di Senayan City dan Grand Indonesia.
Sejak bisnisnya diwaralabakan, pada 21 Juni 2008, dalam waktu singkat Saboga mampu menggandeng banyak franchisee (pembeli waralaba). Kini, gerai waralaba yang siap dibuka adalah di The Jungle Bogor Nirwana Resident (Grup Bakrie), Setiabudi Kuningan Jakarta, dan Mall of Indonesia di Kelapa Gading, Jakarta. “Tahun ini, kami targetkan membuka 10 gerai franchise di berbagai kota besar, dan itu akan tercapai,” ujar Michael yakin. Setelah itu, Saboga akan mengembangkannya di Asia Tenggara dengan gerai pertamanya di Malaysia. “Pembukaan outlet di Malaysia sedang dalam proses,” Michael menjelaskan. Untuk merumuskan konsep waralabanya, Saboga dibantu oleh Birdge Franchise Consultant.
Nurman Sumantri, Manajer Franchise Saboga, menambahkan, model waralaba Saboga adalah full business format. Maksudnya, franchisee tinggal mengaplikasikan seluruh sistem operasional prosedur dari pihak franchisor (pemberi waralaba). Namun, Saboga sebagai franchisor tetap membantu proses pengawasan dan pelatihan kepada manajemen dan karyawan dari pihak franchisee. Untuk itu, Saboga memiliki ruang simulasi bagaimana mengelola gerainya. “Karyawan franchisee dilatih di sana, plus tim manajemennya juga diberi pelatihan bagaimana meningkatkan omset dan melihat bagaimana produk bakso tahu dibuat secara langsung,” kata Nurman menjelaskan.
Lalu, pada saat gerai dibuka, franchisee juga akan mendapatkan pendampingan selama tiga minggu. Jumlah karyawan yang dibutuhkan 10-12 orang. Manajemen Saboga akan mencarikan karyawan yang dibantu oleh konsultan. Malah, seandainya bisnis franchisee ini gagal, manajemen Saboga akan membantu mereka merelokasi tempat dan men-set up bisnis dari awal.
Tempat yang dipilih untuk gerai baru adalah food court di mal dengan luas minimal 25 m2 dan restoran dengan luas minimal 90 m2. Franchise fee yang ditarik sebesar Rp 150 juta dan akan naik menjadi Rp 200 juta kalau sudah mencapai 10 franchisee. Lalu, investasi Rp 316,5 juta untuk membeli peralatan, termasuk fasilitas jaringan online untuk sistem operasional, serta renovasi tempat untuk strandardisasi dengan warna merah sebagai warna korporat. Ini belum termasuk sewa tempat.
Royalty fee yang akan ditarik dari para franchisee adalah 7% dari omset per bulan. Sistem operasional atau sistem kontrol waralaba ini dibuat transparan yang bisa diakses secara online real-time dengan menggunakan jalur VPN Indosat.
Sayangnya, Michael enggan menyebut omset penjualannya. “Yang pasti growth-nya 20%-30% per tahun,” katanya. Diperkirakan omset Saboga per bulan untuk gerai yang di Bandung sebesar Rp 150 juta dan yang di Jakarta sekitar Rp 350 juta. Ia sendiri mencoba mengalkulasi, setiap gerai franchisee ditargetkan mencetak omset minimal Rp 90 juta/bulan, sehingga akan balik modal dalam 24 bulan. Malah, kalau di Jakarta bisa balik modal dalam 12 bulan.
Yang pasti, semenjak generasi kedua ikut mengelola, Saboga makin merajalela. Maka, tak salah kalau Saboga selalu mencantumkan namanya dalam setiap kemasan produk dan papan restonya: “Raja Baso Tahu Saboga”.
Peta: SPBU Martanegara Asri - Saboga Resto
Sumber: http://dedesuryadi.blogspot.com
No comments:
Post a Comment