Warung Nasi Sunda Laksana di kota Bandung
Di kota Bandung, banyak sekali tempat rumah makan atau warung nasi untuk berbuka puasa. Kita tinggal memilih warung nasi mana yang kita suka. Apalagi bila kita membawa rombongan besar tentu kita harus mencari tempat yang luas dan pas agar seluruh anggota rombongan dapat makan dengan nyaman. Namun demikian, bukan hanya kenyamanan yang diperlukan, tetapi juga kenikmatan dari menu makanan dan minuman yang disajikan. Bila itu sesuai dengan selera lidah, dan banyak orang yang menyukainya, maka pastilah enak sekali masakannya. Kita pun akan dengan senang hati menambah nasi dan lauk pauknya karena kenikmatan itu.
Dari sekian banyak rumah makan atau warung nasi yang ada di kota Bandung, kami sekeluarga memutuskan untuk mencari rumah makan yang pas di hati. Terpilihlah secara aklamasi dari kami untuk berbuka puasa di warung nasi khas Sunda Asli yang bernama LAKSANA. Warung nasi ini terletak di Jl. Soekarno-Hatta 395 Bandung (ada juga yang di Jl.Pelajar Pejuang 45 No.52).
Menurut informasi yang kami terima dari mulut ke mulut, warung nasi ini ramai dikunjungi orang karena makanannya enak dan harganya pun tidak terlalu mahal. Kami langsung menelepon warung Nasi Laksana di (022) 5206836 untuk memesan tempat. Maklumlah, anggota keluarga yang akan kami bawa berjumlah 12 orang (4 orang dari keluarga saya, 4 orang dari keluarga kakak ipar perempuan, dan 4 orang dari kakak ipar laki-laki). Khan, nggak lucu bila kita ke sana, ternyata tempatnya sudah penuh.
Sekitar pukul 17.30 kami berangkat dari rumah, dan tiba di warung nasi itu pukul 17.45. Untunglah, tempat parkirnya cukup luas di bagian belakang sehingga kami dapat memarkir kendaraan kami dengan aman. Begitu kami sampai di dalam warung nasi LAKSANA, ternyata suasana di sana sudah ramai sekali oleh mereka yang juga akan berbuka puasa. Bahkan ada juga lho yang tidak berpuasa. Hal itu terlihat dari begitu asyiknya mereka makan dengan daging “gepuk” yang menggoda hati.
Anak saya Berlian sampai tertawa geli melihat mereka yang tidak berpuasa. Kata Berlian, “mungkin mereka enggak kuat puasa karena makanannya enak-enak, hahahahaha”. Iseng-iseng saya pun melirik makanan yang ada di depan meja. “Heeeeem, ….lezaaaaat……! Apalagi di meja makan itu ada tempe, ikan asin, dan sayur asam kegemaran saya. Di sinilah iman saya diuji untuk mampu melawan hawa nafsu. Bila saya mampu melawannya, maka pahala puasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja, tetapi juga mampu melatih kesabaran.
Kesabaran itulah yang saya lalui dalam menunggu waktu berbuka yang masih 15 menit lagi. Dalam waktu menunggu itu, masing-masing dari kami mulai mencari dan memesan makanan kesenangannya. Semua diperbolehkan memilih apa yang disukai. Karena saya menjadi bosnya, maka saya persilahkan mereka makan sekenyang-kenyangnya dan sepuas-puasnya.
Saya yakin, pastilah perut mereka enggak akan mampu menerima makanan-minuman begitu banyak di saat berbuka. Kalau mereka sampai rakus dan memakan apa saja makanan yang ada dihadapannya di saat berbuka, maka saya jamin sholat magribnya tidak bakalan khusyuk karena kekenyangan, hehehehehehe. (Soalnya saya sudah pernah mengalaminya, hehehehe)
Bedug dan adzan Maghrib bergema dimana-mana. Itu tandanya waktu berbuka tiba. Saya dan kakak ipar laki-laki langsung minum dan takjil dengan kolak biji salak. Setelah itu, kami langsung memutuskan untuk sholat magrib terlebih dahulu, baru kemudian makan. Alhamdulillah, di belakang warung nasi ini, juga ada masjid besar yang membuat kita bisa melaksanakan sholat maghrib berjamaah.
Apalah artinya bila kita berbuka puasa bersama, tetapi sholat maghribnya terlupakan. Sebab buka puasa bersama di luar rumah itu bisa menyesatkan apabila kita tak memanage diri kita untuk senantiasa tepat waktu dalam sholat.
Selepas sholat maghrib berjamaah itulah kami menyantap makanan yang telah disi-apkan di meja makan panjang dengan lahapnya. Di meja makan itu tersedia nasi putih, sop buntut, tempe goreng, daging gepuk, ikan asin jambal roti, pepes tahu, pepes oncom, perkedel jagung, tahu goreng, ayam goreng, krupuk, sayur asem, juice alpukat, air jeruk, kolak pisang biji salak, dan tak ketinggalan ati ampela.
Makanan dan minuman yang terhidang di meja itu sesuai dengan pesanan kami masing-masing. Saya sendiri lebih memilih sayur asem, tempe goreng, ikan asin, dan sambal pedas. Bagi saya, belum nikmat rasanya makan bila tak ketemu yang namanya tempe goreng, hehehehehe.
Para pembaca kompasiana yang saya banggakan. Nikmat sekali menyantap makanan di warung nasi sunda LAKSANA ini. Kami semua puas menikmati pesanan kami masing-masing. Saya sendiri sampai nambah 2 piring, dan merasakan betapa lezatnya sayur asem buatan warung nasi Sunda. Saya lihat, kakak ipar saya yang lainpun demikian. Selera makan kami terlihat sekali meninggi, sampai-sampai daging ayam hanya tersisa tulangnya doang, hehehehehehe, wkwkwkwk.
Akhirnya, nikmatnya berbuka puasa di warung nasi khas sunda asli LAKSANA membuat keluarga besar kami menjadi semakin rukun dan akur. Sayapun ikut merasakan itu. Betapa indah dan bahagianya bisa berbuka puasa di bulan Ramadhan ini bersama keluarga tercinta.
Setelah semua selesai makan, ada petugas warung nasi yang menghitung makanan dan minuman yang kami santap. Setelah menghitung beberapa saat, terlihatlah jumlah yang harus saya bayarkan.
Tentu anda akan terkejut bila melihat berapa uang yang harus saya keluarkan dari kocek saya. Dari kasir itu, saya diminta membayar sebesar Rp. 370.500,- (tiga ratus tujuh puluh ribu lima ratus rupiah). Sebuah harga yang tak terlalu mahal dengan jumlah rombongan kami yang berjumlah 12 orang. Murah khan???.
Peta: SPBU Martanegara Asri - Laksana Restaurant
Sumber: http://wisata.kompasiana.com
No comments:
Post a Comment