Sunday, July 14, 2013

Tak Masuk Inti, Eks Persib Itu Kini Jadi Wasit

Tak Masuk Inti, Eks Persib Itu Kini Jadi Wasit

Bandung - Kariernya memang terbilang singkat. Namun mantan bek Persib ini tetap eksis di dunia sepak bola sebagai wasit.

Dialah Fiator Ambarita, mantan pemain yang masuk ke dalam generasi emas Maung Bandung. Fiator terpilih menjadi penggawa Persib musim 1990, ketika Maung Bandung berjaya sebagai juara perserikatan. Sayang, dia tidak sempat mencicipi gelar tersebut karena memilih pindah ke Bandung Raya.

“Kompetisi Perserikatan baru berjalan empat pertandingan untuk Persib. Saya sudah putuskan untuk pindah saat itu,” kata Fiator kepada INILAH di kantor Pengelola Sarana Olahraga Dinas Pendidikan dan Olahraga, Stadion Persib, Jalan Ahmad Yani beberapa waktu silam.

Fiator mengatakan, alasannya pindah ke Bandung Raya terkait dengan posisinya di tim inti. Saat itu, Fiator terbilang sulit menembus posisi tersebut. Hanya sekali kesempatannya bermain sebagai tim inti, yakni dalam laga pembuka kompetisi Perserikata 1990.

“Tahun 90-an, kebetulan saya di perserikatan main dalam laga pembukaan lawan Persita Tangerang. Posisi saya bek kanan, menggantikan Ade Mulyono yang cedera. Setelah pertandingan itu, saya selalu jadi pemain cadangan. Karena itu, saya memilih pindah ke Bandung Raya,” kata Fiator yang memulai karier di Persib pada usia Junior sejak 1985.

Bermain di Bandung Raya, posisi inti yang diidamkan akhirnya berhasil diraih Fiator. Tapi baru setahun bermain, cedera lutut cukup parah menimpanya. Merasa sulit kembali ke bentuk permainan terbaiknya, dia memutuskan pensiun pada usia 27 tahun.

Setelah pensiun, Fiator bertekad tetap eksis dan berkarya di dunia persepakbolaan Indonesia. Dia mulai merintis karier sebagai wasit dengan lisensi C3 pada 2000 silam. Karena totalitasnya, jenjang karier perwasitannya terus berkembang pesat. Tahun 2004, dia sudah bertugas sebagai wasit nasional.

“Saya mulai memimpin pertandingan divisi utama pada tahun 2000, Kemudian sejak 2006 sampai 2010, saya dipercaya memimpin pertandingan-pertandingan di ISL (Indonesia Super League),” kenangnya.

Sayang, kisruh sepak bola Indonesia pada 2011 menghambat kariernya. Pada 2010 Fiator dicoret dari kompetisi ISL, karena dituduh telah lalai dalam bertugas. Akhirnya, dia pun memilih sebagai wasit Indonesia Premier League (IPL) yang saat itu masih dicap illegal oleh PSSI pimpinan Nurdin Halid.

“Sebagai wasit senior, saya dipanggil untuk bertugas di IPL. Dari pada gak dipake di ISL, ya saya ikut IPL. Karena ikut IPL, ketika itu akhirnya saya dihukum seumur hidup untuk tidak memimpin pertandingan,” jelasnya.

Kabar baik menghampirinya ketika reformasi PSSI dimulai. Hukuman untuknya dicabut. Tapi, ironisnya kini posisi karier Fiator sebagai wasit jadi serba salah. IPL era Djohar Arifin Husain ternyata hanya memakai jasa wasit yang berusia maksimal 45 tahun, sementara usia Fiator saat ini adalah 46 tahun.

“Akhirnya saya tidak bisa lagi menjadi wasit kompetisi manapun. Karena di ISL pun saya tidak bisa turut serta karena saya dianggap provokator. Karena memimpin pertandingan pembuka IPL pertama antara Persema vs Solo FC tahun 2011 lalu,” kata pria kelahiran Bandung, 8 Oktober 1966 tersebut. [gin]

Sumber: http://www.inilahkoran.com

No comments:

Post a Comment